Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keterbatasan fisik, intelektual, emosi, dan sosial. Anak-anak ini dalam perkembangannya mengalami hambatan, sehingga tidak sama dengan perkembangan anak sebayanya. Hal ini menyebabkan anak berkebutuhan khusus membutuhkan suatu penanganan yang khusus. Anak yang mempunyai keterbatasan fisik belum tentu mempunyai keterbatasan intelektual, emosi, dan sosial. Namun, apabila seorang anak mempunyai keterbatasan intelektual, emosi, dan sosial, biasanya mempunyai keterbatasan fisik. Tidak mudah untuk mengetahui bahwa seorang anak dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus, sehingga diperlukan derajat dan frekuensi penyimpangan dari suatu norma. Seorang anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang berbeda dari norma sedemikian signifikan dan sedemikian sering sehingga merusak keberhasilan mereka dalam aktivitas sosial, pribadi, atau pendidikan. Kategori anak berkebutuhan khusus dapat dideskripsikan oleh profesional sebagai tidak mampu (disabled), mempunyai kesulitan (impaired), terganggu (disordered), cacat (handicapped), atau berkelainan (exeptional) (Haring, 1982).
Seseorang yang tidak mampu (disabled) adalah seseorang yang mempunyai keterbatasan karena adanya kekurangan fisik yang akan mengganggu masalah belajar atau penyesuaian sosial, misalnya dalam penglihatan (low vision), pendengaran, atau cacat fisik (orthopedic impairments dan health impairments), dan masalah kesehatan lainnya (epilepsy, juvenile diabetes mellitus, hemophilia, cystic fibrosis, sickle cell anemia, jantung, cancer). Seseorang yang mempunyai kesulitan (impaired) dalam fisiknya juga akan mempunyai masalah yang sama dengan orang yang tidak mampu (disabled). Seseorang yang terganggu (disordered) dalam hal belajar, sehingga dapat disebut mempunyai gangguan belajar. Atau terganggu perilakunya dapat disebut mempunyai gangguan perilaku. Seseorang disebut cacat (handicapped) apabila ia mempunyai kesulitan dalam merespons atau menyesuaikan diri dengan lingkungan karena adanya masalah inteligensi, fisik, dan emosi. Hal ini biasanya dialami pada anak autisme, retardasi mental/slow learner, down syndrome, gangguan belajar/learning disabilities (disleksia, diskalkulia, disgrafia, inattensi), attention deficit disorder (ADD), attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), pervassive development disorder (PDD), dan gangguan komunikasi. Seseorang disebut berkelainan (exeptional) apabila mempunyai kelebihan dari anak seumurnya. Misalnya anak yang sangat cerdas dan mempunyai bakat yang sangat menonjol.
Haring (1982) membuat kategori anak berkebutuhan khusus sebagai berikut :
- Cacat penginderaan, misalnya kerusakan pendengaran, atau penglihatan
- Penyimpangan mental, termasuk di dalamnya yang sangat berbakat ataupun yang terbelakang mentalnya
- Gangguan komunikasi, misalnya masalah-masalah bicara dan bahasa
- Ketidakmampuan belajar, yaitu masalah-masalah belajar yang serius akan tetapi tanpa adanya cacat fisik
- Gangguan perilaku, termasuk di dalamnya masalah emosi
- Cacat fisik dan kesulitan dalam kesehatan, seperti kerusakan mneurologis, kondisi-kondisi oropedik, penyekit seperti leukimia dan anemia karena sel-sel yang sakit, cacat bawaan, dan ketidakmampuan dalam perkembangan
Penulis:
Rizki Dandihatina Hajar, M. Psi., Psikolog
Psikolog Klinis RSUD Taman Husada Bontang