Bunuh diri merupakan kasus yang banyak terjadi di hampir semua daerah, baik di kota-kota besar, maupun daerah-daerah terpencil. Kasus bunuh diri juga merupakan kasus yang mendunia, bahkan di beberapa negara, ada suatu kepercayaan bahwa bunuh diri merupakan jalan terbaik untuk menebus dosa-dosanya di dunia dan mencapai kedamaian di kehidupan selanjutnya. Dengan kata lain, menurut pandangan tersebut, bunuh diri merupakan solusi terbaik untuk mengatasi berbagai permasalahan hidupnya. Bunuh diri cenderung berhubungan dengan gangguan psikologis yang dialami individu. Gangguan psikologis ini dapat disebabkan karena faktor individual (diri sendiri) dan faktor di luar individu (keluarga, pasangan, teman-teman, dan masyarakat). Namun di sisi lain, bunuh diri tidak selalu diakibatkan oleh permasalahan yang berat, melainkan dapat juga disebabkan oleh permasalahan yang oleh sebagian besar orang dianggap sebagai masalah yang tergolong ringan, namun individu ini mengalami kesulitan dalam mengatasi masalahnya karena keterbatasan dalam pengelolaan emosi atau pola berpikirnya, sehingga pemikiran, perasaan dan tindakannya cenderung tidak tepat.
Pada beberapa kasus bunuh diri, faktor individu lebih banyak berpengaruh dibandingkan faktor di luar individu. Hal ini dapat menyebabkan beberapa asumsi negatif ataupun ketidakpahaman dari beberapa orang terhadap seseorang yang memutuskan untuk mengakhiri hidupnya hanya karena masalah yang dapat dianggap sebagai masalah yang ringan. Adapun individu yang berisiko melakukan bunuh diri karena faktor di luar individu adalah dapat disebabkan karena mengalami penyakit kronis, permasalahan yang berat dalam pekerjaan (kehilangan pekerjaan, kesulitan keuangan, dsb), permasalahan dalam keluarga (tidak akur dengan pasangan, kekerasan dalam rumah tangga, dsb), korban bullying (disakiti secara fisik, diacuhkan, direndahkan harga dirinya, dsb) oleh lingkungannya, serta tidak mendapat perhatian dari lingkungannya. Apabila permasalahan-permasalahan tersebut terus-menerus terjadi dan tidak ditanggulangi dengan segera, maka sebagian besar dari mereka dapat mengalami gangguan-gangguan jiwa (gangguan mental organik, gangguan perilaku, skizofrenia, depresi, stres akut, gangguan kepribadian, dsb), mengkonsumsi alkohol dan narkoba, yang pada akhirnya menimbulkan keinginan untuk bunuh diri atau mengarah pada tindakan bunuh diri.
Sebagian besar individu yang memiliki keinginan bunuh diri atau telah melakukan bunuh diri mengalami kebingungan dengan perasaannya sendiri. Mereka memiliki keinginan untuk lari dari masalah, meskipun sebenarnya masih ada keinginan untuk hidup. Sayangnya, keinginan untuk hidup perlahan-lahan hilang karena dikalahkan oleh peristiwa kesengsaraan hidup yang terus-menerus muncul dalam pikiran dan perasaannya. Pada individu yang tergolong berisiko tinggi melakukan bunuh diri karena masalah berat ataupun ringan, sangat memerlukan perhatian dan dukungan dari orang-orang terdekat (keluarga, teman, sahabat), serta penanganan dari psikiater dan psikolog.
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk dapat mencegah individu untuk melakukan bunuh diri, yaitu :
- Mengajaknya berkomunikasi untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya.
- Mencari tempat-tempat yang nyaman agar dapat berkomunikasi dengan tenang dan mendapatkan keleluasaan.
- Bersikap tenang dan jangan panik agar mampu menciptakan kenyamanan saat berkomunikasi dengannya.
- Memberikan banyak waktu untuknya, karena orang yang berkeinginan bunuh diri biasanya membutuhkan waktu lebih untuk menyampaikan pikiran dan perasaannya.
- Memahami terlebih dahulu akar permasalahan yang dialami individu pelaku bunuh diri ini dari orang-orang terdekatnya.
- Berusaha mendalami permasalahan individu dengan mendengarkan dengan penuh perhatian saat individu ini menyampaikan semua perasaan dan pikirannya, namun jangan pernah menyampaikan pertanyaan-pertanyaan berat atau langsung mengarah pada permasalahan utamanya.
- Mengembangkan rasa empati, yaitu mengerti tentang perasaannya.
- Berikan bahasa tubuh yang tepat, misalnya anggukan, ekspresi senyuman, dan kesedihan di saat yang tepat, kemudian amati ekpresinya terhadap bahasa tubuh kita. Apabila sesuai, tentunya ia akan menunjukkan ekspresi positif dan penerimaan pada kita.
- Menghargai atau tidak merendahkan pendapat dan pola pikirnya, meskipun dirasa kurang tepat atau aneh.
- Berbicara secara jujur dan tulus, tidak dibuat-buat.
- Tunjukan kepedulian, kasih sayang dan kehangatan.
- Memberikan saran-saran yang berhubungan dengan kesehatan fisik dan mental, karena kedua hal ini saling berkaitan, misalnya :
- Meningkatkan keimanan
- Mengurangi pola tidur berlebihan dan lebih banyak membuat ventilasi ruangan, agar banyak udara segar dan cahaya yang masuk
- Makan-makanan yang bergizi terutama buah-buahan
- Melakukan aktifitas fisik, misalnya olahraga
- Mendengarkan musik-musik relaksasi yang mampu menenangkan hati dan pikiran
- Membaca buku-buku yang mengandung unsur motivasi, humor, dan edukasi
- Mulai mencari dan mengembangkan hobi-hobi yang mampu dilakukan setiap hari
- Menghindari dan membatasi menonton tayangan-tayangan kekerasan dan kesedihan
Pada individu yang tidak terbuka terhadap permasalahannya, jangan memaksanya untuk langsung bercerita, namun alihkan dengan mengajaknya melakukan aktivitas-aktivitas yang disukainya atau sekedar menyampaikan cerita-cerita yang mampu menghiburnya. Namun, setelah individu terlihat lebih tenang, di hari/kesempatan berikutnya, ajaklah ia untuk menceritakan kembali tentang kisah-kisah hidupnya. Apabila kasus ini ditangani secara optimal, maka dapat memberikan harapan dan menciptakan kepercayaan diri, sehingga dapat termotivasi untuk memperbaiki pola pikir dan pengelolaan emosinya.
Oleh : Rizki Dandihatina Hajar, M.Psi., Psikolog
Psikolog RSUD Taman Husada Bontang